Menyaksikan Atraksi Kesenian Burok dalam Menyambut Hari Raya Bersama IndiHome

Sore itu, saat kaki mulai terasa kesemutan setelah seharian keliling kampung bersilaturahmi, terdengar keras musik dari sound system. Si kecil berteriak girang ”Mamah ada obog.”

Ya! Si anak sulung yang sebentar lagi menginjak usia enam tahun paling antusias jika sudah mendengar alunan musik yang bunyinya lantang itu. Terlebih hanya ada di bulan suci ramadhan saja.

Sebetulnya sebutan yang benar itu obrok. Di kampung halamanku sudah menjadi tradisi turun temurun ketika ramadhan, para pemuda karang taruna akan keliling kampung mebangunkan sahur dengan obrok.

Jika dulu waktu aku kecil obrok menggunakan kentongan kecil dari bambu, saat ini seiring berkembangnya zaman pemuda karang taruna menggunakan sound system. Nantinya, akan ada yang menjadi pemandu suara untuk membangunkan para warga.

Beberapa tahun belakangan ini, pemuda karang taruna tidak hanya meramaikan ramadhan dengan obrok saja, melainkan ada juga atraksi burok. Sebuah kesenian yang merupakan budaya asli dari Desa Kalimaro, Gebang, Cirebon Jawa Barat.

Melestarikan Kesenian Burok Khas Gebang Cirebon

Kampung halamanku berada di wilayah Kuningan yang berbatasan dengan Kabupaten CIrebon. Jadi, tidak heran jika burok sering menjadi hiburan saat hajatan khitanan.

Namun, pemuda karang taruna menjadikan burok tidak hanya hiburan untuk hajatan saja. Dalam merayakan hari raya pun, menjadi hiburan bagi para warga kampung. Apalagi anak-anak yang siap antri agar bisa menunggangi sisingaan.

Sejarah Burok

melestarikan tradisi kesenian burok

Menilik dari sejarah, dulunya burok hadir sebagai alat dalam menyebarkan agama islam. Yang mana hal ini berkaitan dengan Isra Miraj. Lalu, pada tahun 1920 Burok beralih menjadi budaya kesenian yang diciptakan oleh Bapak Ta’al.

Burok terdiri atas waditra dan boneka.

  • Waditra, terdiri atas alat musik seperti genjring, gong, gitar, dan lainnya.
  • Boneka Burok, memiliki bentuk badan kuda bersayap dengan kepala wanita cantik, ondel-ondel, dan macan tutul atau sisingaan.

Kesenian burok mengandung nilai-nilai kehidupan dan sering digunakan untuk mengarak pengantin sunat. Seiring berkembangnya zaman, burok menjadi sebuah hiburan bagi masyarakat.

Walau begitu, apapun tujuan dari atraksi burok, kesenian ini harus tetap lestari. Sekalipun sebagai hiburan belaka, selalu ada nilai kehidupan yang terkadang luput dari perhatian.

Nilai Kehidupan yang Tercermin Pada Kesenian Burok

Mungkin kita menganggap atraksi Burok hanya sekedar hiburan, akan tetapi jika diperhatikan dengan seksama, kesenian Burok syarat akan makna kehidupan. Ada nilai kehidupan yang mengajarkan kita banyak hal.

1. Konsentrasi & Kekuatan Penuh

Sisingaan dalam atraksi burok

Perhatikanlah para pemuda yang mengangkat sisingaan. Walau, diangkat oleh empat orang, namun saat ada beban dari yang menunggangi perlu kekuatan ekstra. Konsentrasi juga diperlukan, terlebih di kampung halamanku yang berada tepat di bawah kaki gunung.

Jalanan sudah pasti menanjak dan menurun, jarang sekali menemukan jalan landai. Oleh karena itu, para pengangkat sisingaan harus tetap fokus pada tenaga dan pikirannya.

Layaknya hidup, bahwa setiap hari yang kita lalui harus fokus pada apa yang dikerjakan dan dicapai. Walau harus menempuh jalanan terjal dengan kerikil-kerikil yang menghalangi jangan mudah putus asa dan menyerah.

2. Kekompakkan

Kekompakan juga sangat penting bagi yang mengangkat tandu sisingaan karena mereka bekerja dalam sebuah tim. Mereka harus kompak kapan waktunya kaki melangkah ke depan dan ke belakang.

Jika salah satu orang saja tidak kompak maka akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Itulah mengapa bekerja sama dalam sebuah tim tidak boleh egois dan mementingkan diri sendiri saja.

Berbagi Keseruan Atraksi Burok Bersama IndiHome

Budaya dari desa di Cirebon ini pernah mengalami puncak keemasan. Tidak sedikit kesenian burok meramaikan hajatan khitanan di berbagai daerah di Cirebon dan Brebes.

Sayangnya, pernah juga mengalami keterpurukan. Atraksi Burok mulai jarang ditemukan, tetapi aku senang dengan adanya IndiHome. Karena, Internet Provider yang memiliki akses internet cepat ini membuatku semakin mudah untuk menyebarluaskan pada dunia mengenai Kesenian Burok.

Bahwa dari sebuah desa di Gebang Cirebon ada kesenian yang sampai saat ini masih dilestarikan. Menjadi hiburan yang membawa kebahagiaan dan berkah tersendiri bagi masyarakat.

Di kampung halamanku, walau peralatan burok masih belum lengkap tetapi faktanya tetap menghibur. Terlebih warga kampung yang habis merantau paling menantikkan hiburan ini. Karena bisa refresh otak dengan menikmati kesenian khas Indonesia setelah satu tahun sibuk dengan pekerjaan di Ibu Kota yang tidak ada habisnya.

IndiHome dari Telkom Indonesia ini memiliki beragam pilihan paket sesuai kebutuhan dan tersedia juga paket bundling dengan Telkomsel Halo. Selain itu, jaringan yang luas hingga ke seluruh wilayah di Indonesia. Salah satunya, kampung halamanku di Kuningan Timur.

paket bundling IndiHome dengan Telkomsel Halo

Sebelumnya akses internet sangat sulit karena sinyal yang sering menghilang. Hingga 2 tahun lalu temanku menawarkan untuk pasang IndiHome karena jaringannya sudah sampai ke pelosok desa.

Oleh sebab itu, aku antusias menggunakan Internet Provider persembahan Telkom Indonesia. Hal ini karena IndiHome memberikan solusi untuk internet cepat, cerdas, dan aktivitas tanpa batas. Jadi, walau lagi di kampung tetap bisa bekerja dan berkonten ria untuk berbagai tradisi dan keindahan alam di sana.

Tidak hanya atraksi kesenian burok, masih ada tradisi lainnya seperti pawai obor. Juga, kampung halamanku menyimpan keindahan alam yang menakjubkan dan sayang banget kalau tidak disebarluaskan.

Terpenting selalu menjaga dan merawatnya. Bersama IndiHome mari melestarikan kebudayaan Indonesia juga kekayaan alamnya.

Tinggalkan komentar