Sebuah Pelarian Menikmati Hijaunya Bumi yang Semakin Tak Bersisa

Awal Januari 2020, Backpack Rin mudik ke kampung halaman untuk menikmati Hijaunya Bumi, mengobati segala penat yang terus menggunung dari Kota Industri.
Ya, menikmati suasana yang asri sudah langka di kota-kota besar. Tidak semudah dulu saat banguan-bangunan pencakar langit belum memenuhi pemukiman dan saat kuda besi tidak menghasilkan CO2 serta menimbulkan kemacetan jalan yang sulit dikendalikan.

Beberapa tahun ke belakang, walau tinggal di Ibu Kota, langit masih nampak cerah dengan warna birunya dan berubah anggun saat senja memenuhi di sore hari. Pepohon yang rindang meneduhkan di kala sang surya menerobos bumi. Berbeda dengan saat ini, di mana langit terlihat kusam dengan warna keabuannya.

Aku merindukan bumi yang dulu. Saat kicauan burung liar selalu menyapa di pagi hari dengan siulannya yang merdu Dan embun membasahi rumput-rumput di pekarangan rumah.

Ah, rumput-rumput di pekarangan rumah saja sudah jarang nampak,kan? Tergantikan dengan semen dan granit. Cacing hijrah kepermukaan karena tanah ditimpa dengan bahan yang membuatnya pengap. Cacing-cacing menggeliat dalam panas bumi kehilangan kemampuannya untuk menggemburkan tanah.

Oleh karena itu, pedesaan selalu menjadi pelarian untuk sejenak saja memghirup oksigen yang menyegarkan paru-paru.

Kampung Halaman Tempat Terbaik Menikmati Hijaunya Bumi

Ya. Pedesaan adalah tempat terbaik menikmati hijaunya bumi dan keasrian alam. Di mana kita masih bisa melihat hijaunya hutan dan sejuknya udara bumi. Sawah-sawah sibuk dibajak para petani, hingga padi menguning dan siap panen. Tidak heran jika wisata alam masih banyak menarik perhatian para pelancong.

Dini hari akan dibangunkan dengan suara ayam. Menjelang fajar menyingsing, burung-burung saling bersiulan pertanda pagi kembali menyapa. Setiap paginya, disuguhkan pemandangan dengan lalu-lalang warga desa yang hendak ke sawah dan ke kebun.

Segerombolan ibu-ibu berjalan ke timur hendak menanam padi, seorang lelaki separuh bayu ke selatan sambil membawa sabit dan karung hendak mencari rumput untuk makan kambing peliharaanya. Petani lainnya membawa cangkul ke utara. Semuanya menyebar ke segala arah menuju penghidupannya.

Mengamati kehidupan di desa, membuatku selalu terkenang akan masa-masa sekolah dasar. Di mana dua kali dalam setahun anak SD dilibatkan dalam menanam maupun memanen padi. Sesekali juga kami mengadakan lomba masak, di mana bahan-bahan masakan diambil langsung dari sawah atau kebun. Sungguh, pulang kampung selalu penuh dengan nostalgia.

Sebagai anak kampung, Backpack Rin selalu bersyukur karena lahir di daerah pegunungan. Di mana bisa kapan saja menginjakan kaki di tempat kelahiran untuk menikmati suasan alam. Menikmati kebebasan, walau faktanya alam pun semakin kehilangan kebebasannya untuk tumbuh dan memberikan kehidupan yang alami.

Hijaunya Bumi Tak Bersisa Ulah Manusia yang Tak Lagi Bersahabat

kebakaran hutan

Rusaknya alam adalah hasil dari ulah tangan manusia itu sendiri. Yang berlebihan memanfaatkan alam, tanpa adanya perbaikan.

Penebangan liar dan ilegal, pemburuan hewan-hewan langka yang terus mengikis populasi, Serta perluasan lahan untuk pemukiman maupun perkebunan semakin melebar ke pedalaman hutan. Sehingga, alam tidak mampu berkembang seperti biasanya karena mata rantai dalam simbiosis mutualisme untuk menjaga keseimbangan terus menurun. Tidak menutup kemungkinan, bahkan bukan ramalan lagi, jika masa depan bumi diambang kehancuran.

Pun, dengan kemajuan teknologi yang tidak terus berkembang dan tidak terhindarkan semakin memperparah kondisi bumi saat ini. Isu global warming sudah menjadi makanan sehari-hari para penggiat lingkungan. Air polutan dan sampah plastik menjadi bumerang yang sangat besar mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi. Ya, tidak hanya manusia itu sendiri yang merasakan dampak buruknya, ikan-ikan di laut, hewan-hewan di rimba, semuanya terkena dampak.

Jelas dalam ingatan pada tahun 2019 setengah paru-paru bumi di hutan Amazone terbakar. Banyak hewan-hewan yang mati terbakar. Pun dengan kebakaran hutan di Kalimantan membuat saudara-saudara kita di wilayah Indonesia bagaian Timur kesulitan bernapas. Bahkan kahir-akhir ini hutan di Australia pun ludes terbakar.

Belum bencana alam yang terus menerjang membuat manusia saling menyalahkan. Sesungguhnya, saling melempar tangan bukan hal yang tepat. Entah sadar atau tidak setiap orang memiliki andil dalam pelestarian alam dan lingkungan. Menjaga dan mempertahankan keaslian alam agar bumi tetap hijau. Bagaimanapun setiap orang ikut terlimbat terhadap semua isu lingkungan yang kini mengancam bumi.

Hal Sederhana Menjaga Kelestarian Alam dan Lingkungan

menikmati hijaunya bumi tanpa sampah plastik

Kita semua memiliki andil untuk menjaga kelestarian alam dan bumi kita agar tetap bisa menghirup oksigen yang bersih. Hal-hal sederhana berikut ini bisa kita lakukan setiap harinya.

  1. Mengurangi penggunaan plastik. Sampah dari plastik memiliki dampak besar seperti air polutan karena akan menyumbat saluran air jika dibuang sembarangan dan mengancam biota laut jika sampai kelautan. Membakar? Bukan pilihan yang tepat karena sampah plastik menghasilkan karbon monoksida. Pun, dengan menguburnya dalam tanah karena sampah plastik membutuhkan 50 tahun untuk terurai. Solusi tepat adalah mengurangi dan daur ulang.
  2. Hemat listrik. Sumber utama pasokan listrik adalah dengan pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran tersebut menghasilkan efek global warming. Dengan menghemat kita ikut andil untuk mengurangi pembakaran tersebut. Gunakan listrik jika hanya perlu saja.
  3. Berpergian dengan kendaraan umum. Menghemat penggunaan bahan bakar minyak dengan menggunakan kendaraan umum saat berpergian adalah hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga alam. Selain itu, dapat mengurangi macet dan polusi udara.
  4. Menghemat air. Gunakan air secukupnya, karena hutan semakin sempit sehingga penampungan air semakin berkurang. Bukan hal aneh saat musim kemarau, kekeringan melanda seluruh daerah. Pasokan air bersih semakin menipis. Oleh sebab itu, kita harus menghemat selagi ada.
  5. Ikut dalam aksi gerakan lingkungan, baik menjadi relawan maupun dengan menyisihkan sedikit rezeki untuk pelestarian alam.

Demikian hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk bumi, tempat kita bernafas.

Mari jaga lingkungan mulai dari sekarang dan diri kita untuk dapat menikmati hijaunya bumi ratusan bahkan ribuan tahun ke depan.

Tinggalkan komentar