Penerapan Ekonomi Sirkular dengan Daur Ulang Sampah Domestik

Seperti Denmark, Indonesia pun saat ini terus mengembangkan Penerapan Ekonomi Sirkular dengan mendaur ulang sampah organik dan plastik.

Perlu digaris bawahi bahwa salah satu penyumbang meningkatnya emisi gas rumah kaca adalah timbunan sampah domestik. Sampah domestik sendiri hasil dari aktivitas rumah tangga, pasar, sekolah, perkantoran, industri dan lainnya. Ada pun sampah-sampah tersebut berupa sampah organik sebanyak 55%, kertas 21%, plastik 14%, dan lainnya 10%.

Berdasarkan pernyataan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), perkiraan sampah di Indonesi tahun 2020 mencapai 68 juta ton. Di mana setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah sampah. Hal ini tentunya tidak aneh lagi karena laju pertumbuhan penduduk dan kesejahteraan masyarakat terus meningkat.

Penanganan terhadap sampah dari rumah atau tempat lainnya sekitar 70% berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sedangkan data dari SWI (Sustainable Waste Indonesia) 7% di daur ulang dan sisanya dibuang sembarangan yang akhirnya mencemari lingkungan dan meyebabkan bencana seperti banjir serta sanitasi air menjadi buruk.

Faktanya, sampah yang ada di TPA pun memberikan efek buruk bagi lingkungan yaitu dari timbunan sampah tersebut dapat menghasilkan gas rumah kaca CO2e sebanyak 1,6 miliar ton. Angka tersebut adalah hanya 5% dari sumber emisi global. Jika terus menerus tidak teratasi maka perkiraan akan meningkat hingga 2,6 miliar ton CO2e di tahun 2050. Wow, apa kabar bumi kita yang sekarang saja panasnya mampu membakar kulit.

Bagaimana sampah bisa menghasilkan Gas Rumah Kaca?

Sampah yang tertimbun akan menghasilkan gas karbon dioksida CO2 dan gas metana (CH4). Pada timbunan sampah organik, dekomposisi anaerobik menghasilkan gas metana yang memiliki efek 20-30 kali lebih berbahaya dari CO2. Jumlah metan yang dihasilkan bergantung pada jenis sampah itu sendiri.

Penerapan Ekonomi Sirkular untuk Daur Ulang Sampah

Salah satu hal yang dapat kita lakukan dalam mengatasi timbunan sampah adalah dengan mendaur ulang melalui metode Penerapan Ekonomi Sirkular. Sejalan dengan pemaparan Kang Fajar Munichputranto dari PT. Cipta Visi Sinar Kencana dalam Webinar “Aksi Nyata Perubahan Iklim” persembahan The Climate Reality Project Indonesia.

Sadar atau tidak sadar kegiatan ekonomi berlangsung secara linear yaitu Produksi-Konsumsi- Pengumpulan-Pembuangan. Dari sinilah perlu kegiatan ekonomi yang akan mempertahankan selama mungkin nilai dari produk, material dan energi dalam mengurangi biaya secara efisien serta mampu menjaga lingkungan. Sehingga adanya Ekonomi Sirkular ini tidak hanya fokus pada reuse, reduce, recycle, refurbish dan renew. Akan tetapi harus dilengkapi juga dengan konsep waste to energy.

Penerapan Ekonomi Sirkular akan mengurangi emisi gas rumah kaca dari timbunan sampah. Sedangkan, hasil dari beberapa survey dan penerapan Circular Economy dapat mengurangi emisi sebanyak 45-70%. Serta berdampak baik untuk pembangunan ekonomi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Aktivitas Penerapan Ekonomi Sirkular dalam Mengolah Sampah

Penanganan jumlah sampah yang terus meningkat adalah dengan pengurangan dan daur ulang. Hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah mengurangi sampah dapur atau pangan. Mengingat rata-rata sampah dapur atau pangan setiap penduduk Indonesia sebanyak 300kg makanan per tahunnya. Silahkan hitung dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, jangan kaget dengan hasilnya, ya.

Sedangkan untuk mengurangi penggunaan produk plastik dengan beralih ke produk yang ramah lingkungan. Seperti membawa tas belanja sendiri dari rumah yang non plastik. Ada pun contoh aktivitas Ekonomi Sirkular dapat cek pada tabel berikut:

mengolah sampah penerapan ekonomi sirkular

Penerapan Pengelolaan Sampah dengan Ekonomi Sirkular

  1. Mengolah Sampah Organik menjadi Biogas & Bio-Slurry
    Sampah organik dapat diolah menjadi biogas seperti bahan bakar dan pupuk alami (Bio-Slurry). Bio-Slurry merupakan hasil dari gabungan kotoran ternak dan air.
  2. Fermentasi Sampah Organik dalam Biodigester
    Biodigester merupakan suatu sistem yang mempercepat pembusukan bahan organik. Hasil dari pembusukan akan menghasilkan biogas dan senyawa lain. Biogas tersebut bisa untuk bahan bakar memasak, pembangkit listrik dan menjalankan mesin. Selain itu memiliki manfaat sebagai kompos atau pupuk cair.
  3. Urban Farming dengan Bio-slurry
    Saat ini kita bisa memanfaatkan pekarangan rumah yang terbatas untuk menanam berbagai jenis sayuran dan buah-buahan organic dengan menggunakan pupuk alami Bio-Slurry.
  4. Mengolah Sampah Plastik menjadi Minyak dan Listrik
    Daur ulang sampah plastik memang sangat menarik karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Baik untuk kerajinan tangan maupun mengolahnya menjadi minyak dan listrik.

Keuntungan Penerapan Ekonomi Sirkular

Keuntungan Ekonomi

Sampah Organik (Dapur)

Jika rakyat Indonesia dapat mengabiskan seluruh makanannya maka Indonesia menghemat pengeluaran sebesar Rp. 450 triliun/tahun. Potensi biogas yang dihasilkan setara dengan 748.000 ton gas LPG/tahun. Sedangkan untuk potensi listrik dapat menghasilkan 37 Gigawatt. Pupuk dan media tanam dapat dihasilkan sebesar 26 juta ton

Sampah Anorganik (Plastik)

Nilai dari olahan sampah plastik akan menjadi minyak atau aspal sekitar 21 Triliun rupiah. Sedangkan jika diolah menajdi listrik akan menghasilkan 16.9Gigawatt

Manfaat Sosial

  • Terciptanya ketahahan pangan sebagai sumber ketahanan masyarakat.
  • Meningkatkan potensial lapangan kerja dengan pemanfaatn hasil alam
  • Diversifikasi pangan untuk untuk melestarikan ragam budaya pangan nusantara
  • Sarana edukasi masyarakat untuk menjaga kelestarian alam
  • Peningkatan sanitasi dan tingkat kesehatan masyarakat

Penerapan Ekonomi Sirkular ini tentunya memiliki manfaat untuk lingkungan itu sendiri dalam mengatasi perubahan iklim karena emisi gas rumah kaca, secara ekonomi dan sosialnya juga dapat. Oleh sebab itu perlu sekali untuk selalu mengontrol penyajian data produksi sampah nasional. Pun, perlu kerjasama seluruh stakeholder dalam menetapkan target dan menjalankan konsep Circular Economy. Tidak luput pendekatan kearifan lokal (grass root activities) dalam rantai nilai pengolahan sampah juga penting.

18 pemikiran pada “Penerapan Ekonomi Sirkular dengan Daur Ulang Sampah Domestik”

  1. Kalau bicara masalah sampah memang sangat mengerikan, apalagi plastik pasti berdampak besar untuk lingkungan.

    Saya pernah lihat di suatu Sungai aliran airnya penuh dengan botol mineral sampai air nya nggak kelihatan, sungguh miris memang.

    Perlu tindakan nyata dari semua pihak untuk melakukan perunahan minimal membuang sampah pada tempatnya.

    Balas
  2. Dalam hal penanganan dan pengolahan sampah, negara kita tertinggal dengan negara2 lain ya. Tapi tak apalah, lebih baik terlambat. Sayangnnya, mungkin pengelolaan sampah seperti ini masih fokus di pulau jawa ya, di kalimantan tengah belum ada nih pengelolaan sampah seperti ini.

    Balas
    • Di pulau Jawa memang sudah banyak Mba pengolahan sampah menjadi biogas atau bio-slurry. Semoga merata ke seluruh Indonesia ya, Mba.

      Balas
    • Betul Mba, Diah. Dan ini masih awam banget untuk beberapa kalangan masyarakat, padahal semua sampah bisa dimanfaatkan untuk diolah kembali.

      Balas
  3. Penerapan ekonomi sirkular ternyata punya manfaat signifikan. Saya belum berperan aktif dalam daur ulang sampah karena masih menganggap itu sebatas pelestarian alam. Ternyata untuk pemberdayaan masyarakat juga besar perannya ya. Thanks for sharing, Kak..

    Balas
  4. Menjadi sulit karena masyarakat kita juga belum sepenuhnya paham. Di supermarket sudah diwajibkan pakai tas kain dan sejenisnya, tapi untuk toko dan warung belum berlaku di sini. Sedangkan belanja di warung juga nggak kalah banyak jumlahnya. Pengalaman saya, mereka belum sepenuhnya mengerti efek buruk dari sampah-sampah plastik yang terus meningkat jumlahnya. Alasan kebersihan membuat mereka nggak ragu memisahkan satu per satu bahan dan produk dengan mamasukkannya dalam kantong plastik. Iya, memang bersih. Tapi, kebayang berapa jumlah plastik yang dipakai? Ini pengalaman saya karena beberapa kali nolak supaya dikurangi kantong plastiknya pas belanja. Tapi, mereka lebih kekeh lagi 😀

    Balas
  5. permasalahan sampah plastik memang masih menjadi momok besar buat negara kita khususnya. penanganan sampah di negara kita belum begitu maksimal. selain itu juga masyarakatnya masih banyak yang awam mengenai penggunaan plastik yang perlu dna tidak. kemarin saya ke salah satu supermarket, terus ada yang belanja banyak dna dia tidak plastik. malah marah-marah ke kasirnya, katanya mempersulit konsumen aja. dari sini saya merasa pemerintah dan pihak terkait juga perlu melakukan sosialisasi mengenai sampah plastik ini, karena masih banyak yang belum paham tujuan atau langkah2 yang dilakukan pemerintah dalam mengurangi sampah plastik ini

    Balas
  6. memang ya metode Penerapan Ekonomi Sirkular ini dampaknya bagus buat lingkungan dan bumi ini, aku pun sebisa mungkin selalu mengingatkan orang2 terdekat buat menghemat plastik dan menggunakan barang2 yang ramah lingkungan. ya meskipun susah karena harus membentuk kebiasaan baru, tapi mesti tetep belajar buat pelan2 peduli dengan masa depan bumi.

    Balas
  7. Pengen bgt ini diterapkan, sayang bgt nih di rumah mertuaku padahal di Jakarta org2nya belum sadar dgn bahaya sampah semua dibuang jadi satu mulai dari sampah batere sampai sampah makanan. Kita memang hrs gerak bareng2 ya mbak Erin buat ngatasin sampah ini yg blm ada habisnya

    Balas
  8. Permasalahan sampah ini kompleks ya, harus sudah diterapkan mulai dari rumah kita. Walaupun awalnya sulit tapi kalau dibiasakan ekonomi Sirkular ini akan dirasakan manfaatnya

    Balas
  9. Produksi sampah tahun ini 68 ton. Ngeri ya denger kabar ini. Kabar baiknya masih ada yang peduli mengenai sampah dan isu perubahan iklim. Penerapan ekonomi sirkular melalui mekanisme reuse, reduce, recycle, refurbish dan renew plus waste energy diharapkan mampu mengendalikan polusi sampah di Indonesia. Di kampus saya juga sudah ada pemisahan jenis sampah, sehingga memudahkan kembali jika ingin didaur ulang.

    Balas
  10. Wah saya baru tahu nih Mbak, sampah plastik bisa diolah menjadi minyak maupun plastik. Mungkin masih perlu banyak edukasi dan sosialisasi ke masyarakat ya agar mampu dan mandiri mengelola/mendaur ulang sampahnya (terutama plastik)..

    Balas
  11. Aku pernah membayangkan, seandainya ada alat yang mobile banget untuk mengolah sampah organik tentunya akan lebih mudah mengendalikan sampah di rumah. Tapi, sayang, belum nemu dan proses yang lama, butuh lahan yang luas untuk mengolah, itu lho mbak yang sering buat ogah.

    Padahal, duh, sampah rumahan itu, sehari saja bisa dapat sekarung. Mengerikan sekali, bukan?

    Balas

Tinggalkan komentar