Hidup minimalis minim sampah plastik merupakan salah satu keputusanku untuk lebih aware terhadap lingkungan. Bukan sekedar ikut-ikutan atau so go-green, tetapi sejak kecil hidupku sudah dekat dengan alam.
Aku sedikit memahami bagaimana perubahan lingkungan ke arah negatif terus terjadi. Penebangan ilegal membuat hutan semakin gundul, deforestasi hutan untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, hingga perumahan yang menyebabkan jumlah pohon terus berkurang.
Hingga saat ini nyata adanya saat perubahan iklim menjadi momok besar bagi kehidupan. Yang mana ditandai dengan suhu bumi semakin panas membuat es di kutub mencair, kekeringan dan kebakaran hutan merajalela.
Oleh sebab itu, saatnya kita #BersamaBergerakBerdaya untuk menjaga lingkungan. Banyak hal sederhana yang dapat kita lakukan, salah satunya hidup minimalis minim sampah plastik.
Baca Juga: Bersama Melestarikan Hutan, Sebelum Oksigen Tidak Gratis Lagi
Daftar isi
The Story
Kalau kerja kasih ASI Eksklusif atau Formula?
Itu adalah salah satu pertanyaan ketika aku harus back to work again setelah cuti melahirkan si bungsu. Pertanyaan tersebut juga bukan hal aneh karena untuk si Sulung aku memang tidak memberikan full ASI.
Saat itu, produksi ASI sangat sedikit, walau berbagai cara sudah aku lakukan. Tapi, mungkin penyebabnya kondisi mental tidak stabil karena banyak pikiran ini-itu. Parahnya hal tersebut tidak aku sadari sejak awal.
Oleh karena itu, anak kedua ini aku lebih banyak berpikir positif. Lebih santai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting. Hasilnya?
Betul saja! Ketika mental lebih stabil, produksi ASI lancar dan bisa memberikan ASI Eksklusif hingga saat ini si kecil Hanako berusia 4 bulan. Walau rasa bersalah pada si Sulung sering menghampiri karena tidak bisa memberikan hal yang sama.
Lalu apa hubungannya cerita ini dengan memutuskan berpegang teguh pada hidup minimalis minim sampah plastik?
Tentu saja ada karena ini berkaitan dengan alat tempur pumping ASI yang membuatku merasa tidak nyaman. Hingga akhirnya memutuskan untuk menggunakan peralatan dan perlengkapan ramah lingkungan.
Memilih Alat Pumping Ramah Lingkungan
Sudah satu bulan lebih aku kembali bekerja seperti biasanya, dari pagi hingga sore hari. Agar si bungsu tetap bisa minum ASI, pilihanku dengan pumping.
Saat ini aku menggunakan alat pumping elektrik hands free dan botol plastik untuk menyimpan ASI.
Alat Pumping Elektrik Hands Free
Alat pumping elektrik yang hands free cukup simple dalam menggunakannya. Bahkan aku bisa pumping sambil bekerja. Keuntungan lainnya tangan tidak mudah pegal karena harus megangin alat ketika menggunakan yang manual.
Dari pengalaman dulu pakai pumping yang manual malah bikin tangan pegal. Lalu, mau yang elektrik biasa tetap saja harus dipegang penampung ASI-nya.
Pumping elektrik hands free memang pilihan terbaik menurut aku. Apalagi terdapat tiga mode untuk pumping yaitu mode memeras yang low, sedang dan cepat.
Botol
Selama satu bulan ini aku pakai tempat ASI plastik sekali pakai. Tetapi, setiap hari selalu terpikirkan menimbulkan sampah plastik. Sehingga, aku memutuskan pakai yang lebih ramah lingkungan yaitu menggunakan botol plastik.
Botol plastik bisa digunakan berulang, berbeda dengan kemasan sekali pakai yang setiap hari menimbulkan sampah plastik 4-5 kemasan ukuran 120ml. Jika ASI Eksklusif berjalan selama 2 tahun maka sampah plastik yang dihasilkan mencapai 2920 sampah plastik.
Wow! Cukup banyak juga, kan. Masalahnya sampah plastik sulit terurai dan di Indonesia sendiri sampah plastik sudah menggunung. Berdasarkan data tahun 2022 yang dikeluarkan oleh KLHK dari 70 juta ton sampah 18.2% merupakan sampah plastik.
Itulah mengapa memilih peralatan pumping ramah lingkungan menjadi pilihan tepat. Karena, hal tersebut menjadi salah satu caraku ikut andil dalam mengatasi perubahan iklim.
Baca Juga: Penerapan Ekonomi Sirkular dengan Daur Ulang Sampah Domestik
Fakta dan Kondisi Terkini Mengenai Sampah Plastik di Indonesia
Produksi sampah di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Seperti volume sampah dari 64 juta ton di tahun 2021 meningkat menjadi 70 juta ton di tahun 2022.
Hal tersebut bukanlah pencapaian yang baik. Terlebih berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) bahwa baru 60.09% sampah yang terkelola dari 184 kabupaten di Indonesia.
Faktanya timbunan sampah tidak bisa diabaikan begitu saja karena timbunan sampah yang tidak dikelola dapat menimbulkan gas metana. Pada 1 ton sampah padat dapat menghasilkan 50 kg gas metana.
Perlu digaris bawahi gas metana dapat merusak lingkungan 20 kali lipat dari karbondioksida. Untuk itu, mengurangi produksi sampah menjadi pilihan tepat. Karena, ketika sampah dibakar menimbulkan karbondioksida.
Baik metana maupun karbondioksida menyumbang gas emisi sehingga membuat bumi semakin panas. Oleh karena itu, pilihanku untuk hidup minimalis minim sampah plastik karena data-data tersebut.
Jika tidak gerak dari sekarang untuk lebih peduli terhadap lingkungan dampak buruknya bisa ke anak cucu kelak.
Setidaknya hidup minimalis minim sampah plastik bisa memberikan perubahan yang baik terhadap lingkungan. Sekecil apapun itu, jika dilakukan dengan konsisten kedepannya bisa menjadi besar. Karena, sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil.
Dampak Emisi Karbon pada Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan
Tingginya emisi karbon yang lepas ke udara menimbulkan gas rumah kaca di atmosfer semakin meningkat. Dengan begitu sinar mentari yang harusnya terperangkap di permukaan bumi untuk dipantulkan kembali ke luar angkasa, kini menembus atmosfer bumi.
Yang terjadi ketika sinar mentari menembus atmosfer bumi menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
Adapun dampak emisi karbon terhadap perubahan iklim, diantaranya:
1. Meningkatnya Suhu Bumi
Pemanasan global yang tidak terkendali menyebabkan suhu di bumi terus meningkat. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Inggris setiap tahunnya suhu bumi meningkat 1.5 derajat.
Sedangkan laporan yang dikeluarkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) menyebutkan bahwa suhu permukaan bumi pada tahun 2022 meningkat hingga 0.89 derajat celcius. Peningkatan suhu tersebut membuat bumi lebih hangat.
Walau begitu bukanlah kabar baik, karena ketika suhu bumi meningkat menyebabkan permasalahan lingkungan. Es di kutub mencair, kebakaran hutan meningkat, kekeringan, dan meningkatnya permukaan air laut.
2. Abrasi Pantai
Permukaan air laut yang meningkat menyebabkan abrasi pantai. Selain itu, banjir rob tidak bisa dihindari. Di Indonesia saja banjir rob sudah melanda wilayah pesisir pantai utara jawa.
3. Kepunahan Satwa Liar
Meningkatnya suhu bumi dapat membuat satwa liar di hutan mengalami stres. Dengan begitu kepunahan tidak terelakkan. Terlebih bagi fauna yang populasinya semakin sedikit.
Bergerak Berdaya untuk Atasi Perubahan Iklim
Mengatasi perubahan iklim perlu kolaborasi yang kuat antara pemerintah, stakeholder, dan kita semua. Karena, dengan bersama bergerak berdaya bisa mewujudkan lingkungan yang lebih baik.
Bebas dari polusi, suhu bumi tidak semakin naik, dan terhindar dari bencana karena aktivitas manusia yang merugikan lingkungan. Caranya mulai dari hal kecil di lingkungan kita, seperti:
1. Kurangi Penggunaan Sampah Plastik Sekali Pakai
Sampah plastik merupakan jenis sampah yang membutuhan puluhan tahun untuk terurai. Sehingga mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai menjadi pilihan yang tepat.
Walau saat ini banyak inovasi dalam daur ulang sampah plastik, mengurangi dan tidak menggunakan sama sekali merupakan solusi terbaik dalam mengatasi perubahan iklim. Kita bisa beralih menggunakan produk ramah lingkungan.
Misalnya membawa motol minum pribadi saat berpergian, bawa tas belanja dari rumah ketika berbelanja, atau bawa tempat makan saat beli makanan di luar. Jadi, banyak cara untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai.
2. Pilah Sampah
Jenis sampah cukup banyak, ada organik, anorganik, dan B3. Pilah sampah di rumah akan membantu dalam pemisahan sampah di TPA sehingga tidak tercampur. Karena, perlu diketahui juga bahwa sampah rumah tangga merupakan sumber sampah yang menempati urutan pertama.
3. Kurangi Produksi Sampah Organik
Sampah plastik memang jenis sampah yang menyumbagkan banyak permasalahan lingkungan. Begitu juga dengan sampah organik, karena timbunan sampah organik menghasilkan gas metan yang 25 kali lebih merusak dari karbondioksida (CO2).
Untuk sampah orgaik bisa kita ubah menjadi kompos untuk pupuk tanaman di rumah. Kalau merasa merepotkan maka bisa mengurangi produksi sampah organik. Misalnya tidak membuang sisa sayuran yang masih bisa dimanfaatkan atau tidak membuang-buang makanan.
4. Tidak Sering Beli Makanan Online
Di era teknologi seperti saat ini membeli makanan snagat mudah karena hanya dengan satu klik lewat aplikasi pesan antar makanan. Sayangnya masih banyak penjual yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai.
Disisi lain memang membantu perekonomian masyarakat, tetapi di sisi lainnya menciptakan masalah lingkunga. Terutama dalam produksi sampah plastik. Oleh sebab itu, agar kedua hal ini dapat berjalan seimbang sebaiknya kurangi beli makanan online atau pilih merchant yang menyediakan kemasan ramah lingkungan.
5. Mengurangi Beli Baju Berbahan Polyester
Industri fashion juga menjadi penyumbang terbesar dalam kerusakan lingkungan. Terutama fast fashion yang menggunakan bahan polyester. Bahan polyester merupakan bahan plastik yang dapat merusak lingkungan.
Ketika kita mencuci pakaian berbahan polyester serat-seratnya bisa terbawa air pembuangan menuju sungai hingga berakhir lautan. Serat tersebut bisa merusak ekosistem biota laut dan jika termakan oleh ikan, dan ikan itu dikonsumsi oleh manusia maka dampak buruknya kembali ke manusia sendiri.
Oleh sebab itu, dengan permasalahan lingkungan yang kita rasakan saat ini, sudah sewajarnya kita membuka mata lebar-lebar #UntukmuBumiku kembali hijau dan lestari. Tidak harus melakukan hal yang rumit, sebab menjaga lingkungan dan mengatasi perubahan iklim bisa mulai dari aktivitas sehari-hari.
Seperti hidup minimalis minim sampah plastik ini. Jika dilakukan bersama-sama, pasti permasalahan sampah yang merusak ini bisa teratasi dengan baik. Jadi, Sahabat Senja mari kita gerak sekarang juga.
Jangan lupa ajak keluarga, teman-teman, juga follower media sosial untuk ikut andil dalam gerakan cinta lingkunga. Bisa juga nih, cerita “Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”
Sumber:
https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/
https://dataindonesia.id/ragam/detail/kinerja-pengelolaan-sampah-indonesia-membaik-pada-2022
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-61375284
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/16/suhu-permukaan-bumi-naik-089-derajat-celcius-pada-2022
Hidup dengan minim sampah plastik dan juga go green bisa diusahakan semua orang sebenarnya asal punya niat yang kuat ya kak.
Apalagi seandainya ada uu setempat yang mengaturnya.
Beberapa daerah di Indonesia sudah menerapkan no plastik saat belanja. Tinggal menunggu daerah lain untuk mengikuti jejaknya.
Sampah plastik ini memang perlu sekali mendapatkan perhatian. Minimal kita menguranginya dengan menggunakan tas belanja setiap ke pasar atau minimarket. Hanya saja, kadang saya butuh keresek ukuran belanjaan minimarket ini justru buat buang sampah. hehe
Iya selaras juga dengan supermarket yang ngasih tarif lebih jika kita beli pake plastik. Tapi yaaa,, disatu sisi kita mau ramah lingkungn disisi lain kita butuh plastiknya untuk keperluan lain. Hehe.
Untuk pemilahan sampah ini edukasi nya masih kurang, kadang suka bingung memilahnya dan banyak juga yg ga peduli
Di lingkungan rumah saya di Denpasar, kami diwajibkan pilah sampah dari rumah.
Sekarang udah tinggal di Medan lagi, gak seperti itu lagi.
Sekecil apapun kontribusi kita, alhamdulillah sudah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali ya. Kalau saj asemua warga dunia kompak…
Mengurangi penggunaan plastik nih salah satu kontribusi penting untuk selamatkan lingkungan dari kerusakan ya kak karena daya urai bahan plastik itu lama bisa jutaan tahun
Ya … segala hal yang dilakukan bersama-sama semisal mulai membiasakan diri untuk hidup minim sampah tuh kalau terus digerakkan insyaAllah akan memberikan dampak yang baik walau mungkin lingkupnya kecil dulu. Namun dari yang kecil-kecil tadi tentu suatu waktu bisa meluas, bukan?
Limbah plastik emang perlu diperhatikan banget. Sekarang aja udah banyak banget sampah plastik menumpuk. Tas belanja dari supermarket/restoran kadang juga ga bantu soalnya tetap jadi penyebab limbah. Emang paling bener kita bawa tas atau pengganti plastik lainnya sendiri
Perlu kesadaran kolektif dalam mengatasi sampah, khususnya sampah plastik ya. Bahkan sebenarnya butuh ketegasan pemerintah dalam hal regulasi supaya bisa sebanyak mungkin yang menerapkan gaya hidup minimalis, minim sampah plastik.
Ngeri banget ya sama sampah plastik ini. Walaupun sudah melewati masa bertahun-tahun, dia tetap nggak bisa terurai sehingga menyebabkan limbah yang menumpuk.