Upaya Menjaga Laut dari Perubahan Iklim dan Pandemi Covid-19

Perubahan iklim tidak hanya mengancam ekosistem di darat dan udara, laut pun terkena imbasnya, sehingga upaya menjaga laut harus terus digalakan. Di mana kutub utara terus mencair dan naiknya paras laut akan mempengaruhi luas pesisir. Ditambah faktor lain yang ikut andil dalam kerusakann laut seperti sampah plastik dan limbah industri. 

Oleh karenanya, Sahabat Backpack, bahasan kali ini aku mau berbagi hal yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga laut terutama di tengah pandemi Covid-19. Sebelum itu aku mau sedikit flashback ke tahun 2017.

Ancaman Sampah Plastik Bagi Ekosistem Laut

Di bulan juli 2017, aku pernah melakukan Trip ke Pulau Pramuka. Itu adalah trip pertamaku dan rasanya senang banget karena akhirnya dapat berkunjung ke salah satu Pulau di Jakarta. Selain itu, ada hal yang ingin sekali aku lakukan yaitu snorkeling, maklum saja waktuku lebih banyak dihabiskan di gunung. Mengunjungi laut hanya sekali-dua kali, itupun sekedar mampir. So, Bagaimana tidak happy, kan?

Perjalanan selama di perahu begitu menyenangkan, ingatanku melayang ke masa di mana pertama kalinya terombang-ambing di tengah lautan berebes menuju sebuah pulau kecil untuk penanaman mangrove. Tetiba, kenangan itu teralihkan pada sesuatu yang sering aku dengar di mana nampak dipermukaan laut sampah-sampah pelastik terombang-ambing.

“Ah, ternyata itu bukan isu belaka.” Sadarku. Lalu, saat melakukan pemanasan snorkeling di sebuah pulau kecil, aku mendapati sampah plastik yang tidak kalah banyaknya. Dan di hari terakhir saat mengelilingi Pulau Pramuka tidak sengaja melewati pembuangan sampah yang lokasinya tepat di pinggir laut. Apabila ada angin tidak menutup kemungkinan sampah dapat berterbangan ke laut.

Miris! Laut Indonesia ternyata banyak di penuhi sampah pelastik dan itu bukan hanya isapan jempol belaka. Sudah sepatutnya, saat ini juga kita mengurangi penggunaan pelastik. Sampah pelastik menimbulkan bencana bagi keindahan laut dan semua yang hidup didalamnya.

upaya menjaga laut dari sampah pelastik

Berdasarkan paparan Ibu Siti Nurbaya selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan jumlah timbunan sampah di Indonesia dalam satu tahun mencapai 67, 8 juta ton. Itu baru sampah yang ditimbun, bagaimana jika ditambah sampah yang dibuang ke sungai lalu berakhir di laut?

0
Sampah di Indonesia per juta ton.

Berapapun jumlah data yang tercatat maupun tidak, faktanya eksosistem laut sangat terancam oleh sampah dari darat, ditambah kegiatan yang berhubungan dengan laut seperti diving, snorkeling, menangkap ikan dan lainnya ikut andil dalam kerusakan-kerusakan yang terjadi, selain itu ancaman yang sudah menjadi isu puluhan tahun lalu adalah tentang dampak dari Perubahan Iklim.


Baca Juga: Ancaman Kebakaran Hutan dan Laham di Musim Kemarau

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Laut

Menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) sebagai kerangka kerja Perubahan Iklim PBB menyatakan bahwa, perubahan iklim merupakan perubahan yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan. Atmosfer global yang di maksud adalah komposisi material Gas Rumah Kaca seperti Karbon Dioksida, Metana, Nitrogen, dan lainnya yang terdapat di atmosfer. Di mana perubahan iklim akan menyebabkan ketidakstabilan Gas Rumah Kaca yang dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi.

Sumber gambar:Ditjen PPI MENLHK

Ketika konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat maka yang terjadi adalah penebalan atmosfer bumi yang akan menimbulkan jumlah panas yang terperangkap di atmosefr semakin banyak. Jumlah yang tidak sedikit tersebut akan mengakibatkan peningkatan suhu bumi yang kita kenal dengan pemanasa global. Sedangkan Variabilitas Iklim adalah varietas iklim seperti temperatur, curah hujan dan angin yang terjadi pada periode waktu tertentu dalam satu bulan, satu musim atau tahunan.

Berbeda dengan Perubahan Iklim akan adanya variabilitas iklim yang lebih panjang dari rata-rata pergantian iklim yang seharusnya. Di sinilah terjadi abnormal cuaca dan yang sangat terasa adalah naiknya suhu panas di bumi. Peningkatan suhu panas menyebabkan ancaman kekeringan di musim kemarau. Lalu bagaimana dengan lautan yang mengisi 71% permukaan bumi?


Baca Juga: 5 Langkah Sederhana Mengatasi Ancaman Krisis Air

Naiknya Muka Air Laut & Peningkatan Suhu Permukaan Air Laut

Perubahan iklim bagi laut adalah naiknya muka air laut dan peningkatan suhu permukaan air laut yang menyebabkan rob dan berkurangnya luas kawasan pesisir. Seperti yang dipaparkan Prof. Muhammad Zainuri selaku Guru Besar Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang bahwa perubahan iklim yang paling berpengaruh terhadap laut adalah La Nina dan El Nino.

La Nina berkaitan erat dengan suhu permukaan air laut sehingga sirkulasi masa air dari kutub menuju daerah tropis menjadi lebih besar. Saat masa air datang menuju kedaratan tapi, sistem drainase, saluran dan lainnya dalam kondisi baik maka daerah itu tidak akan mengalami genangan. Berbeda dengan adanya aktivitas lain seperti aktivitas manusia dalam kegiatan industri.

Aktivitas industri kebanyakan terdapat di pesisir pantai dengan begitu banyak limbah industri yang dibuang ke laut, lalu mengekspor air panas begitu banyak sehingga mengakibatkan air laut masuk ke dalam tanah dan berubah menjadi asin. Kondisi tersebut mengakibatkan kondisi jeluk sehingga menimbulkan bencana pasangnya naik menuju kedaratan dan instruksi lainnya adalah struktur tanah menjadi berubah. Perubahan struktur tanah inilah yang akhirnya mengalami penurunan permukaan tanah.

Berikut daerah pesisir yang amblas dan mengalami pergeseran.

  • Brebes bergeser seluas 800 meter.
  • Pekalongan bergeser seluas 900 meter.
  • Semarang bergeser seluas 2.3 kilometer.
  • Demak, tiga desa tenggelam dengan luas pergeseran mencapai 2.6 kilometer.
upaya menjaga laut dari el nino dan la nina
Sumber gambar: gurugeografi.id

Perubahan Pola Sirkulasi Global di North Atlantic Deep Water (NADW)

Perubahan iklim dapat mempengaruhi sirkulasi masa air seperti yang dijelaskan pada poin di atas, perubahan sirkulasi tersebut terjadi secara global atau yang disebut juga dengan Sirkulasi Termohalin. Sirkulasi dipengaruhi oleh perbedaan densitas masa air akibat dari pertukaran panas antara atmosfer dan lautan. Di mana Pergerakkan di Samudera Atlantik bagian utara atau disebut juga North Atlantic Deep Water (NADW) terjadi peningkatan densitas dan tenggelamnya masa air. Sedangkan naiknya masa air terjadi di Samudera Selatan/Antartika.

Terjadi Fluktuasi El Nino (Southern Occillation (ENSO)

El Nino merupakan sebuah fenomena interaksi antara laut dengan atmosfer bumi yang menimbulkan fluktuasi suhu permukaan air laut di di daerah tropis Samudera Pasifik bagian timur dan berdampak juga terhadap iklim di selatan bumi. Serta menipisnya lapisan termoklin yang menyebabkan terganggunya siklus karbon dan proses biogeokimia dalam sistem siklus karbon dan ventilasi laut dalam.

Saat siklus karbon mengalami gangguan maka yang terjadi adalah penurunan fungsi laut sebagai penyerap karbon. Ya, laut melalui bakau dan ekosistem pesisir mampu menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya sebagai karbon. Penyerapan tersebut berpengaruh terhadap laju peningkatan CO2 di atmosfer. Dengan tergerusnya pesisir laut karena naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan berkurangnya hutan bakau atau mangrove.

Menjaga Laut di Tengah Pandemi dan Perubahan Iklim

Kondisi Bumi di Tengah Pandemi Covid-19

Bukan rahasia umum, kehadiran Covid-19 menimbulkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia karena segala aktivitas sehari-hari, hingga melemahnya perekonomian membawa ancaman yang besar. Walau begitu, tahukah Sahabat Backpack? Di saat kita dianjurkan untuk di rumah saja sebagai salah satu cara memutus mata rantai penularan virus corona, planet kita, Bumi sedang memulihkan diri dari segala ancaman yang ditimbulkan oleh perilaku manusia.

Saat Cina memberlakukan lockdown pertama kali pada tanggal 23 januari 2020, Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) per tanggal 3 Februrari – 1 Maret 2020 emisi karbon dioksida (CO2) mengalami penuruna di Cina sekitar 25%. Hal tersebut dikarenakan aktiftas industri dan penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi udara menjadi sedikit. Bahkan di beberapa negara seperti Thailand dan Hongkong pun mengalami penurunan CO2 di atmosper bumi. Pun, dengan langit Jakarta yang biasanya diselimuti asap CO2 perlahan mulai cerah.

Polusi udara di China selama pandemi Covid-19. Sumber gambar: pikiran-rakyat.com

Tentu saja itu kabar baik, walau kenyataannya Pandemi bukanlah jawaban yang tepat untuk memulihkan semua isu lingkungan. Hal tersebut dikarenakan pembatasan sosial tidak berlaku selamanya, terlebih saat ini sudah ada pelonggaran di mana aktivitas manusia menuju era new normal dengan mulai dibukanya perkantoran, industri dan lainnya. Lalu, bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap Laut?

Terjadi Pemulihan di Laut Selama Pandemi

Rehabilitas Mangrove tidak Terganggu

Di Indonesia pariwisata dibagi menjadi dua yaitu wisata laut nusantara dan samudera. di mana wisata laut nusantara berupa, wisata mangrove, pancing, kuliner dan lainnya. Dengan adanya pembatasan selama Pandemi Virus Korona gangguan selama proses rehabilitas dan reklamasi di wilayah pesisir pantai menjadi berkurang. Hal tersebut menjadikan pelaksanaan rehabilitasi menjadi lebih mudah.

Terumbu Karang Tumbuh dengan Baik

Berkurangnya wisatawan yang melakukan snorkeling dan diving membuat terumbu karang tumbuh dengan baik. Tidak dipungkiri aktivitas penyelaman dapat menyebabkan terumbu karang terinjak baik disengaja maupun tidak.

Banyak Ikan-ikan yang Mendekati Pesisir

Berdasarkan informasi dari pengelola Kampung Wisata Arborek dan CEO Arborek Dive Shop Raja Ampat, Gita Anathasia, semenjak pandemi ikan-ikan banyak bermunculan seperti tuna dan hiu yang dapat terlihat dari pesisir pantai. Pemandangan tersebut tentunya sangat langka dibandingkan sebelum ada pandemi.
Bahkan nelayan dapat memancing dengan hasil yang melimpah.

Limbah Organik yang Menghasilkan Efek Positif

Selama Covid-19 limbah yang dibuang ke muara didominasi oleh limbah organik dari perumahan yang menjadi stimulator ikan apalagi saat ini adalah musimnya reproduksi dan pertumbuhan biota laut.

Berkurangnya Polusi Suara dan Sampah Plastik

Berkurangnya aktivitas kapal dilautan membuat polusi suara menjadi kurang dan hal tersebut berdampak positif terhadap alam. Pun, dengan aktivitas pariwisata yang di stop sementara waktu membuat berkurangnya sampah plastik disekitaran pantai.

Tindakan dan Upaya Dalam Menjaga Laut

menjaga ekosistem laut

Dalam upaya menjaga laut dari Perubahan Iklim, telah dilakukan beberapa tindakan seperti yang dilakukan di Kampung Wisata Arborek yaitu dengan membatasi kapal yang masuk dan lengkapnya silahkan cek di bawah.

  • Mengontrol jumlah kendaraan dan wisatawan yang masuk sebagai upaya menjaga laut dari kerusakan.
  • Memancing di Zona yang sudah ditentukan.
  • Penanaman mangrove di pesisir pantai.
  • Pengurangan bahan yang menghasilkan karbon.
  • Pelatihan dan Edukasi Diving/Snorkeling.
  • Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun wisata di pesisir pantai.
  • Menciptakan peluang usaha dengan memanfaatkan pesisir pantai tanpa harus merusak seperti budidaya ikan dan sejenisnya.

Dalam upaya menjaga laut dari perubahan iklim perlu adanya kesadaran tinggi dan kerjasama yang baik dengan pemerintah. Banyak hal sederhana yang dapat dilakukan dari hal sederhana selain poin-poin di atas, seperti tidak membuang sampah ke sungai, mengurangi penggunaan sampah plastik dan ikut andil dalam pemeliharaan dan perbaikan pesisir pantai.

Mari bersama-sama menjaga laut, Sahabat Backpack!

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

Referensi

Podcast Ruang Publik KBR dengan Tema Menjaga Laut di Tengah Pandemi tayang pada 26 Juni 2020.

Lockdown karena Virus Corona, Polusi Udara di China dan Italia Berkurang Drastis. kumparan.com . Diakses Tanggal 27 Juni 2020. Pukul 16:58.

KLHK: Indonesia Memasuki Era Baru Pengelolaan Sampah ppid.menlhk.go.id . Diakses tanggal 28 Juni 2020. Pukul 16:30.

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perikanan (PDF)  Oseanografi.lifi.go.id . Diakses tanggal 1 Juli 2020. Pukul 16:14

Perubahan Iklim ditjenppi.menlhk.go.id . Diakses tanggal 3 juli 2020. Pukul 08:55.

Laut Sebagai Penyerap Karbon . kompasiana.com . Diakses tanggal 3 Juli 2020. Pukul 10:52

Sirkulasi Termohalin: Arus Penghubung Lautan di Dunia . Diakses tanggal 3 Juli. Pukul 13:55.

27 pemikiran pada “Upaya Menjaga Laut dari Perubahan Iklim dan Pandemi Covid-19”

    • Kerjasama semua pihak itu penting banget dalam menjaga kelestarian laut. Jalan terbaiknya saling menjaga dan merawat.

      Balas
  1. Indonesia adalah penyumbang nomor 2 sampah di laut. Sedih, yaaa. Pandemi memang bikin udara jadi makin bersih, ternyata berdampak juga bagi laut ya, Mbak? Tapi nih PSBB sudah dilonggarkan, kayaknya sebentar lagi laut menderita lagi, ya? Huhu.

    Balas
    • Betul, apalagi pariwisata juga sudah mulai dibuka. Semoga saja wisatawan semakin peduli terhadap lingkungan. Baik darat maupun laut.

      Balas
  2. Semoga sukses lombanya kak Erin.

    Btw, pandemi ini ada hikmahnya juga ya, setidaknya membuat Bumi sedikit beristirahat dari segala kesibukan manusia, salah satunya mengurangi polusi di laut. Selain itu pandemi juga mengajarkan kita untuk mengubah pola hidup jadi lebih sehat dan lebih menjaga lingkungan. Yang semoga saja kebiasaan baru ini terbawa sampai kapan pun

    Balas
    • Kebiasaan baru ini memang sebetulnya menjadi pelajaran berharga untuk kita agar lebih peduli pada diri sendiri maupun lingkungan, karena saat lingkungan rusak kita juga yang ruginya.

      Balas
  3. Ternyata ya.. Ada hikmah di balik pandemi ini. Bumi sedang meremajakan diri, begitu juga dengan laut. Setuju sama tulisan Mbak Erin soal upaya lanjutannya. Semoga bumi juga laut kita tetap sehat ya.

    Balas
    • Iya Mba Rani, kita harus selalu berupaya dalam menjaga laut entah itu dari perubahan iklim maupun seperti pandemi saat ini. Menjaga, Merawat dan Melestarikan.

      Balas
  4. Hal biasa ke pantai di Indonesia (blm pernah mantai ke negara lain hahah) ada pemandangan sampah berserakan dan itu bikin miris ya pengunjung yg notabene orng kota malah nyampah . Kalau sy lihat yg buangnya pasti saya tegur

    Balas
    • aku juga belumm pernah ke luar negeri Mba Rina, jadi kurang paham lingkungan pantai di sana. Namun, di Indonesia ya gitu pasti selalu saja tumpukkan sampah yang bikin miris dan sedih karena rasa peduli untuk menjaga keindahan lingkungan diabaikan.

      Balas
  5. Baca tulisan ini tuh semakin tersadar yaa.. banyak hal hal yang sebenernya bisa kita lakukan untuk menjaga laut.. mulai dari rumah dan mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang.. karena jika bukan dari diri sendiri yang mulai ya ngga akan orang lain mau untuk tergerak juga ya mbak

    Balas
    • Betul, Mba Elly. Aktifitas kita di darat bisa berpengaruh terhadap kelestarian laut dan itu hal yang tidak bisa dipungkiri.

      Balas
    • Amin, Mba Moly. Aku tuh suka banget lihat laut yang warnanya jernih, dan setelah mengulik ancaman di laut ini ternyata banyak hal baru yang akupelajari bahwa permasalahan laut lebih banyak dan mengancam kehidupan di darat.

      Balas
    • Yang bermasalah itu sampah pelastik dan limbah dari industri Mba, solusinya mengurangi penggunaan sampah pelastik dan mengolah limbah agar tidak berdampak negativ terhadap laut.

      Balas
  6. perubahan iklim berimbas sampai ke laut dalam juga ya, dan tiap tahun terjadi kenaikan permukaan air laut.
    Selama pandemi ini laut istirahat malah jadi pulih, mudah2an aja setelah ini masyarakat lebih sadar juga terhadap lingukungan

    Balas
    • Semoga ya, Mba Lidya. Memang ada sisi positifnya bagi bumi kita karena pandemi dan semoga seterusnya bumi bisa pulih dengan baik.

      Balas
  7. aku juga baca tentang terumbu karang yang tumbuh lebih baik selama pandemi.
    Kabar baiknya lagi hewan-hewan di Ragunan pun nampak lebih aktif dibanding biasanya.
    Hmm … terlalu banyak campur tangan manusia pun dapat membuat alam bersedih.

    Balas
  8. Sebelum pandemi laut udah sering dijadikan “tempat sampah”.
    Setelah pandemi tadi aku liat video CNN apa ya, lupa, malah lebih parah hiks. Sampah masker dan sarung tangan medis dibuang ke laut huhuhu. Dan itu terjadi di mana2.
    Untung masih banyak volunteer2 yang peduli sama kondisi laut jd ada yg sukarela berbuat nyata dengan aksi bersih2 gtu.

    Balas
    • Yes, Mba April padahal laut kan bukan TPS. Kasus alat-alat medis tuh dari dulu sering jadi problema karena banyak yang dibuang sembarangan.

      Balas
  9. Kalau melihat efek rumah kaca, ngeri juga ya mba. Di satu sisi air laut makin meninggi, penurunan daratan juga menambah cepatnya menjoroknya lautan ke daratan. Sudah sewajarnya jika dari sekarang kita makin berpikir gimana caranya untuk menjaga laut dari perubahan iklim ini.

    Balas
  10. Selain udara menjadi lebih bersih karena berkurangnya karbon dioksida ternyata pandemi ini juga menguntungkan kehidupan di laut juga ya . Ternyata dampaknya besar juga termasuk jadi banyaknya ikan yang muncul dan mudah ditangkap nelayan

    Balas

Tinggalkan komentar